TUGAS 2. SP PSIKOLOGI UMUM
Respon stres atas tubuh kita sedikit banyaknya seperti pesawat terbang yang siap-siap untuk tinggal landas. Sebenarnya, semua sistem (misalnya: jantung dan dan pembuluh darah, sistem kekebalan tubuh, paru-paru, sistem pencernaan, organ-organ sensorik, dan otak) diubah untuk menghadapi bahaya yang kita rasakan.
PENYEBAB PENYEBAB EKSTERNAL & INTERNAL STRES
Orang dapat mengalami penyebab-penyebab external atau internal dari stres.
- Penyebab-penyebab eksternal stres termasuk kondisi fisik yang kurang fit (seperti sakit atau suhu panas atau dingin) atau lingkungan yang stres (seperti kondisi kerja yang memprihatinkan atau hubungan yang buruk). Manusia, seperti binatang, dapat mengalami penyebab-penyabab eksternal stres.
- Penyebab-penyebab internal stres juga bisa berhubungan dengan fisik (infeksi, radang) atau psikologis. Salah satu contoh penyebab psikologis internal dari stres adalah rasa khawatir yang hebat (intense) atas kejadian-kejadian yang berbahaya yang mungkin terjadi atau belum terjadi.
STRES AKUT DAN KRONIS
Penyebab-penyebab stres dapat juga didefinisikan sebagai short-term (yang akut) atau long-term (yang kronis).
Stres yang Akut(Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya.
Penyebab-penyebab stres akut termasuk :
- kebisingan,
- keramaian,
- pengasingan,
- lapar,
- bahaya,
- infeksi, dan
- bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation response).
Stres Kronis (Chronic Stress). Seringnya, bagaimanapun, hidup modern menciptakan situasi stres berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis antara lain termasuk :
- kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
- problem-problem hubungan jangka panjang,
- kesepian, dan
- kekhawatiran finansial yang terus-menerus.
APA PENGARUH STRES AKUT?
Cara terbaik membayangkan pengaruh stres yang akut adalah membayangkan diri-sendiri di dalam suatu situasi primitif seperti dikejar-kejar seekor beruang liar.
RESPON OTAK TERHADAP STRES AKUT
Di dalam respon ketika kita melihat seekor berung buas, satu bagian otak kita disebut sistem hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang diaktifkan.
Pelepasan Hormon Steroid. Sistem HPA memicu produksi dan melepaskan hormon-hormon steroid ( glucocorticoids), termasuk hormon stres primer cortisol. Cortisol sangat penting di dalam sistem-sistem tersusun di seluruh tubuh (termasuk jantung, paru-paru, sirkulasi, metabolisme, sistem kekebalan tubuh, dan kulit) untuk dengan cepat mengatasi bahaya diterkam seekor beruang .
Pelepasan Catecholamines. Sistem HPA juga melepaskan neurotransmitter (duta-duta kimiawi) yang disebut catecholamines, yang secara khusus dikenal dengan nama dopamine, norepinephrine, dan epinephrine (juga disebut adrenaline).
- Catecholamines aktif bekerja di otak yang disebut amygdala, yang rupanya memicu sebuah respon emosi atas kejadian-kejadian yang menimbulkan stres. (Pada kasus ketakutan atas beruang, emosi ini sangat serupa dengan rasa takut)
- Neurotransmitter kemudian memberi sinyal pada hippocampus (yang ada dekat area otak) untuk menyimpan secara emosional memunculkan pengalaman yang sudah tersimpan lama dalam memori). Pada masa-masa primitif, kombinasi respon-respon ini penting untuk bertahan, ketika rangsangan berbahaya dari memori yang tersimpan lama (seperti seekor beruang besar) menjadi kritis untuk menghindari ancaman-ancaman di masa mendatang.
- Selama terjadi stres, catecholamines juga aktif menekan pada area depan otak yang dipertimbangkan dengan ingatan jangka pendek, konsentrasi, rintangan, dan pikiran rasional. Urutan peristiwa mental ini membuat seseorang berreaksi secara cepat atas beruang itu, apakah dia akan melawannya atau melarikan diri darinya. (Ini juga menghalangi kemampuan untuk menangani tanggung jawab dan perilaku-perilaku sosial atau pun intelektual.
RESPON MELALUI JANTUNG, PARU-PARU, DAN SIRKULASI MENUJU STRES AKUT
Ketika sang beruang datang mendekat, detak jantung dan tekanan darah kita meningkat secara langsung.
Nafas jadi terengah-engah dan paru-paru lebih banyak menghisap oksigen.
- Aliran darah secara aktual meningkat dari 300% sampai 400%, memasuki otos, paru-paru dan otak untuk permintaan yang bertambah.
- Limpa mengeluarkan sel-sel darah merah dan darah putih, mengalirkan darah untuk menransportasi oksigen lebih banyak lagi.
RESPON SISTEM KEKEBALAN TUBUH TERHADAP STRES YANG AKUT
Suatu dampak atas sistem kekebalan tubuh karena konfrontasi dengan sang beruang sama dengan menyusun garis pertahanan para serdadu di area-area yang secara potensial kritis.
Hormon-hormon steroid memperkecil atau mengurangi bagian-bagian sistem kekebalan tubuh, sehingga para “pejuang” yang terinfeksi (termasuk sel-sel darah putih yang penting) atau molekul-molekul kekebalan dapat didistribusikan ulang.
- Para “serdadu” kekebalan tambahan ini dikirim ke garis depan tubuh yang terluka atau terinfeksi hampir serupa dengan benjolan pada kulit, sum-sum tulang dan kelenjar getah bening.
RESPON YANG AKUT PADA MULUT DAN TENGGOROKKAN
Ketika beruang mendekat, cairan-cairan yang dialihkan dari lokasi-lokasi yang tidak penting termasuk mulut. Hal ini mengakibatkan kekeringan dan kesulitan bicara. Tambahan lagi, stres dapat menyebabkan kejang pada otot tenggorokkan sehingga menjadi sulit menelan.
RESPON ATAS KULIT
Dampak buruk stres atas kulit adalah aliran darah dialihkan dari kulit untuk membantu jantung dan jaringan-jaringan otot. Secara fisik berdampak kulit menjadi dingin, basah, berkeringat. Kulit kepala menjadi kencang/tegang sehingga rambut tampak berdiri.
RESPON METABOLIS ATAS STRES AKUT
Stres menutup aktivitas pencernaan.
RESPON RELAKSASI: RESOLUSI DARI STRES AKUT
Sekali waktu ketika ancaman berlalu dan efek belum berbahaya (misal, beruang belum memangsa atau dengan serius melukai manusia), hormon stres kembali ke normal. Hal ini dikenal dengan respon relaksasi. Pada gilirannya, sistem tubuh juga normal.
APA EFEK NEGATIF STRES?
Pada masa prasejarah, perubahan-perubahan fisik dalam respon terhadap stres sebagai penyesuaian yang penting untuk menemui ancaman-ancaman alami. Bahkan di dunia modern, respon stres dapat menjadi sebuah aset untuk meningkatkan tingkat capaian selama kejadian-kejadian kritis seperti aktivitas sport, pertemuan penting, atau pada situasi-situasi berbahaya atau krisis.
Jika stres menetap dan pada tingkat rendah, bagaimanapun, semua bagian perlengkapan tubuh yang stres (otak, jantung, paru-paru, pembuluh darah dan otot) menjadi secara berkesinambungan diaktifkan berlebihan atau kurang. Ini bisa jadi menimbulkan kerusakan fisik atau psikologis dari waktu ke waktu. Stres yang akut juga bisa membahayakan pada situasi-situasi tertentu.
Kondisi-kondisi yang terkait dengan stres hampir bisa dipastikan menimbulkan efek-efek negatif pada fisik termasuk :
- Suatu akumulasi dari situasi-situasi stres yang menetap, khususnya ketika seseorang tidak dapat dengan mudah mengontrol (misalnya, kerja dengan tekanan tinggi ditambah suatu hubungan yang tidak menyenangkan).
- Stres yang terus-menerus mengikuti suatu respon akut yang menjengkelkan atas suatu kejadian yang traumatis (seperti kecelakaan mobil atau motor).
- Respon relaksasi yang tidak efisien atau tidak cukup.
- Stres yang akut pada orang-orang dengan penyakit yang serius, seperti penyakit jantung.
EFEK PSIKOLOGIS STRES
Studi menyatakan bahwa ketidakmampuan mengadaptasi stres dihubungkan dengan serangan depresi atau kecemasan. Pada satu studi, 2 sampai 3 orang yang mengalami suatu situasi stres hampir 6 kali beresiko berkembangnya depresi dalam bulan itu. Beberapa bukti menyatakan bahwa pelepasan hormon stres memproduksi aktivitas yang berlebihan (hyperactivity) dalam the hypothalamus-pituitary-adrenal axis dan mengganggu tingkat-tingkat normal dari serotonin, kimia syaraf (the nerve chemical) yang kritis untuk perasaan atas keadaan yang baik.
Tentu, pada suatu tingkatan yang lebih jelas,stres mengurangi kualitas hidup dengan menurunnya rasa senang dan rasa terpenuhi, dan hubungan kita sering terancam.
PENYAKIT JANTUNG
Stres mental yang merupakan pemicu utama bagi kejang sama sebagaimana stres fisik. Peristiwa-peristiwa stres akut sudah dihubungkan dengan suatu resiko yang lebih tinggi untuk peristiwa-peristiwa gejala penyakit jantung, seperti detak jantung yang tidak normal dan serangan jantung, bahkan kematian.
Stres mengaktifkan sistem rasa takut simpatetik (the sympathetic nervous system) (bagian otomatis sistem rasa takut yang mempengaruhi banyak organ termasuk jantung). Seperti tindakan-tindakan dan yang lainnya mungkin secara negatif berpengaruh ke jantung dengan berbagai cara :
- Stres yang mendadak meningkatkan aksi pemompaan dan detak jantung dan berakibat urat nadi mengerut, sehingga memposisikan suatu resiko bagi tertutupnya aliran darah kejantung.
- Pengaruh-pengaruh emosional stres mengubah ritme jantung dan memposisikan suatu resiko bagi arrythmias 1] yang serius pada banyak orang karena adanya gangguan ritme jantung.
- Stres juga mengakibatkan darah menjadi lebih kental (yang mungkin dalam persiapan atas potensi luka), meningkatkan kemungkinan pembulu darah tersumbat karena darah yang menggumpal.
- Stres mungkin memberikan sinyal ke tubuh untuk melepaskan lemak ke dalam aliran darah, menaikkan kadar kolesterol darah, sedikitnya untuk sementara.
- Pada wanita, stres yang kronis mungkin mengurangi kadar estrogen, yang sangat penting untuk kesehatan jantung.
- Kejadian-kejadian stres mungkin menyebabkan baik laki-laki maupun perempuan yang secara relatif tingkat yang rendah dari neurotransmitter serotonin (dan untuk itu suatu resiko yang lebih tinggi bagi depresi atau amarah) memproduksi lebih dari protein sistem kekebalan tertentu (disebut cytokines), yang pada jumlah besar menyebabkan radang dan kerusakkan sel-sel, termasuk kemungkinan sel-sel jantung.
- Bukti terkini mengkonfirmasikan hubungan antara stres dengan hipertensi (tekanan darah tinggi).. Orang yang secara teratur mengalami peningkatan tekanan darah secara mendadak disebabkan stres mental dari waktu ke waktu tertentu, mengembangkan luka di dalam lapisan bagian dalam pembuluh darah mereka. Dalam satu 20 tahun studi, misalnya, laki-laki yang secara periodik mengukur tinggi-rendah skala stres dua kali seperti mengecek tekanan darah tinggi. Efek-efek stres pada tekanan darah pada wanita jelas lebih kecil.
Penelitian lebih jauh sangat dibutuhkan untuk mengkonfirmasikan bahaya nyata stres pada jantung. Contohnya, satu studi masyarakat yang bekerja di bawah tuntutan kondisi memberi kesan bahwa penyakit jantung, termasuk tekanan darah tinggi, dihubungkan kepada kerja stres yang bisa dipastikan berkaitan dengan cara orang mengendalikan stres.
Orang-orang yang mencoba mengatasi stres sering terpaksa melakukan kebiasaantidak sehat termasuk memakan makanan yang mengandung banyak lemak, garam, merokok, meminum minuman beralkohol dan gaya hidup yang banyak duduk (kurang aktifitas olah raga).Dalam satu studi, laki-laki (di Barat) lebih cenderung suka minum minuman beralkohol atau makan makanan yang kurang sehat ketika berada dalam keadaan stres, sementara wanita cenderung punya cara yang lebih sehat untuk mengatasi stresnya.
STROKE
Sebuah survey mengungkapkan bahwa laki-laki yang lebih intens merespon situasi-situasi stres, seperti menunggu antrian atau problem-problem di kantor, lebih mungkin terkena stroke ketimbang mereka yang tidak mengeluhkan kesusahan mereka. Suatu fakta, sebuah studi pada 2001, untuk pertama kalinya telah dikaitkan dengan resiko tinggi stroke pada laki-laki dewasa Kaukasia dan meningkatnya tekanan darah selama stres.
KEPEKAAN TERHADAP INFEKSI ATAU RADANG
Munculnya stres yang kronis dapat menumpulkan respon kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko infeksi/peradangan dan bahkan bisa jadi mengganggu respon immunisasi seseorang. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa orang-orang yang berada di bawah pengaruh stres kronis memiliki jumlah sel darah putih yang sedikit dan mudah terserang penyakit demam atau flu. Sekali waktu, siapa pun yang terkena demam atau flu, stres akan memperburuk gejala-gejalannya.
Orang-orang yang mengidap penyakit herpes atau virus HIV mungkin lebih peka terhadap aktivasi virus yang mengakibatkan stres. Lebih serius lagi, beberapa riset telah menemukan bahwa orang-orang yang terinfeksi HIV dengan tingkat stres yang tinggi lebih mudah terkena AIDS ketika dibandingkan dengan mereka yang berada pada tingkat stres yang rendah. (Dalam beberapa studi, pengalaman-pengalaman stres sering dihubungkan dengan timbulnya infeksi atau radang karena konflik-konflik interpersonal, seperti di kantor atau di dalam perkawinan)
GANGGUAN GANGGUAN KEKEBALAN
Efek-efek yang bertentangan dengan stres pada sistem kekebalan tubuh telah bercampur dengan penyakit-penyakit autoimmune (yang disebabkan oleh radang dan kerusakan dari serangan-serangan kekebalan pada tubuh). Contohnya,eksim, lupus, dan radang sendi, reumatik, mungkin mempertunjukkanperubahan-perubahan berkisar antara peningkatan sampai ke pembususkkan dalam respon terhadap stres. Sebuah studi melaporkan bahwa stres jangka pendek muncul tanpa efek negatif pada berbagai sklerosa, namun stres yang kronis merupakan faktor resiko utama untuk meledak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar