TUGAS V SP PSIKOLOGI UMUM
- CARILAH INFORMASI TENTANG MOTIVASI, FRUSTASI DAN KONFLIK
Motivasi merupakan prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerja dan fermormasi pekerjaan. Sedangkan pengertian motivasi menurut Heidjrachman dan Suad Husnan adalah: “Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang diinginkan”.
Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya defenisi di atas mempunyai pengertian yang sama, yaitu semuanya mengandung unsur dorongan dan keinginan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi keinginan, maksud dan tujuan, namun dalam penerapannya nanti, penggunaan masing-masing unsur tersebut adalah berbeda untuk setiap karyawan. Sesuai kebutuhan dan keinginan masing-masing.
Maslow mengatakan bahwa hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang memotivasi perilaku manusia. Teori Maslow ini menekankan pada dua pemikiran pokok
1) Manusia mempunyai banyak kebutuhan, tetapi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi yang mempengaruhi perilaku manusia
2) Kebutuhan manusi di kelompokkan kedalam hirarki menurut kepentingannya bila suatu kebutuhan dipenuhi maka kebutuhan lainnya lebih tinggi muncul untuk dipuaskan.
‘Konflik’ berasal mula dari kata asing conflict yang pada gilirannya berasal dari kata confligere < com (yang berarti ‘bersama’ atau ‘bersaling-silang’) + fligere (yang berarti ‘tubruk’ atau ‘bentur’). Didefinisikan secara bebas dari arti harafiahnya itu, ‘konflik’ adalah ‘perbenturan’ antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan. Komflik itu pada umumnya didefinisikan sebagai suatu periatiwa yang timbul karena adanya niay-niat bersengaja antara pihak-pihak yang berkonflik itu. Dalam peristiwa seperti ini, konflik akan merupakan suatu pertumbukan antara dua atau lebih dari dua pihak, yang masong-masing mencoba menyingkirkan pihak lawannya dari arena kehidupan bersama ini, atau setidak-tidaknya menaklukkannya dan mendegradasikan lawannya itu ke posisi yang lebih tersubordinasi.
Konflik itu bisa bersifat laten alias terpendam dan/atau “tertidur”, tetapi bisa pula bersifat manifes alias terbuka. Konflik bisa pula bermula dari perbedaan kepentingan yang materiil-ekonomik dan yang serba fisikal itu, akan tetapi bisa pula bermula dari perbendaan dan pertentangan kepentingan ideologi atau asas moral yang serba simbolik. Apapun wujudnya, konflik itu selalu merefleksikan tidak adanya toleransi atas eksistensi pihak lain, suatu intoleransi yang timbul hanya karena adanya perbedaan -- dan bahkan pertentangan --.kepentingan dan/atau paham dengan pihak lain itu. Tiadanya toleransi seperti itu mungkin saja cuma bermula dari rasa cemburu dan curiga, akan tetapi yang pada akhirnya akan berujung pada timbulnya rasa khawatir akan terancamnya eksistensi atau posisinya yang selama ini dominan.
Dalam kehidupan komunitas lokal yang eksklusif, dengan sifat hubungannya yang serba tatap muka dan mempribadi, di mana setiap warga sama-sama memiliki memori kolektif yang serupa, konflik yang manifes dalam bentuk bersilang selisih pendapat, apalagi yang sampai bersiterus menjadi benturan dan bertumbuk fisik, amatlah dikhawatirkan “akan menggangu stabilitas” dan merusak suasana rukun yang berasaskan prinsip “seia-sekata” serta semangat berbagi atas dasar prinsip “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Kalaupun dalam masyarakat seperti ini telah mengenal pola stratifikasi yang membedakan posisi hierarkik antar-warga, askripsi-askripsi dalam hal penetapan posisi warga menurut kelas atau kasta masing-masing itupun umumnya telah diterima bersama secara hegemonik sebagai sesuatu yang kodrati. Bantahan terhadap tradisi yang hegemonik seperti ini hanya akan berakibat dakwaan telah terjadinya bid’ah yang akan menggoncangkan sistem kehidupan yang telah mapan.
Akan tetapi, dalam kehidupan yang telah mulai berubah menuju ke wujudnya yang serba terbuka, disebabkan oleh berbagai invensi dan inovasi teknologik dalam bidang transportasi dan komunikasi, konservatisme dan kolektivisasi pendapat -- sebagaimana tersimak dalam komunitas-komunitas lokal yang eksklusif dan tertutup seperti itu -- mulailah menemui cabarannya. Bukan prinsip “seia dan sekata dan saiyeg saekapraya” itu yang jadi andalan, melainkan prinsip individualisasi pendapat dan ekspresi kreatif itulah yang mesti menjadi andalan kehidupan yang progresif. Perbedaan pendapat adalah hak, dan toleransi atas perbedaan pendapat akan berujung terjadinya kemajuan dalam peradaban manusia.
Di sini kehidupan manusia mulai dikonstruksi dalam modelnya yang baru sebagai suatu kancah keragaman yang – sekalipun bermula dari merebaknya silang pendapat dan perbedaan pilihan antar-warga – justru akan memperkaya warisan budaya suatu bangsa, atas dasar keyakinan bahwa “perbedaan itu adalah rahmat”. Di sini kebenaran bukan lagi berasal dari paringan para mufti, melainkan bermula dari dialektika tesis versus antitesis yang melahirkan sintesis alias tesis baru. Paradigma baru disiarkan, bahwa dari perbedaan paham akan dilahirkanlah kebenaran. Du choc des opinions jaillit la verite, seperti yang ditulis Dr Mohammad Hatta dalam salah satu pengantar bukunya.
- APA YANG DIMAKSUD DENGAN KEPRIBADIAN DAN BAGIMANA CARA MENGUKURNYA?
Freud juga mengatakan kepribadian memiliki tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Tentu saja teori itu kemudian ditentang banyak pihak karena seolah-olah menyatakan manusia itu tidak mampu mengembangkan dirinya sendiri. Kalangan lain meyakini kepribadian merupakan sebuah sistem terbuka dan selalu mengalami perkembangan. Sampai sini lalu mulai muncul pertanyaan apakah kepribadian itu sesuatu yang menetap atau berubahubah.
Penggolongan manusia dalam berbagai jenis kepribadian sudah terjadi sejak lama.
Tentang kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality. Kata itu diyakini berasal dari bahasa Latin persona. Awal digunakan, kata ini berarti topeng-topeng yang dipakai para pemain dalam dramadrama Yunani. Namun, akhirnya berkembang menjadi peran-peran yang dimainkan para tokoh dalam drama tersebut. Memang konsepsi awal tentang kepribadian adalah citra sosial yang sifatnya dangkal (superficial social image), yang diadopsi seseorang dalam drama kehidupan. Misalnya saja, orang mengatakan si X orang yang menarik, populer, keren, mudah bergaul, dan sebagainya.
Kepribadian kemudian juga dilihat sebagai karakteristik dominan yang ada pada diri seseorang, seperti kepribadian agresif, pemalu. Memang banyak orang lalu menggolongkan ciri-ciri ini dalam kategori kepribadian baik atau jelek. Misalnya kepribadian agresif tidak baik, tapi kepribadian tenang baik. sebenarnya, para psikolog kepribadian hampir tidak pernah membuat sebuah evaluasi atas kepribadian. Mereka melihat kepribadian sebagai suatu hal yang netral. Banyak sekali tokohtokoh yang mengemukakan definisi mereka tentang apa itu kepribadian, dan semua definisi ini sangat bergantung pada teori kepribadian apa yang dibangun.
Adalah benar bahwa sampai saat ini belum ada satu kesepakatan pun mengenai kepribadian manusia itu seperti apa. Tak mengherankan jika seorang Victor Frankl sampai pernah mengatakan tantangannya sekarang adalah menyatukan kepingan-kepingan puzzle pemikiran tentang manusia yang saat ini berserakan sehingga menjadi sesuatu yang bermakna.
Jika Anda punya waktu dan iseng-iseng mencari tahu pengertian kepribadian di internet, akan Anda temui sekitar 930 ribuan definisi. Terserah Anda mau menggunakan yang mana, pada akhirnya kepribadian merupakan suatu hal yang bisa membedakan satu orang dengan orang lainnya. Kepribadian juga mengacu pada sejumlah aspek yang relatif permanen pada diri seseorang. Dengan demikian, setiap orang dapat dikatakan unik, bahkan antaranak kembar sekalipun. Dan keunikan ini relatif tidak berubah dari waktu ke waktu. Kepribadian bagaikan sidik jari psikologis seseorang.
Sebuah teori lain, teori gunung es kepribadian (The Institute of Motivational Living Inc, 2004), menyatakan kepribadian kita yang asli akan muncul pada saat kita berada dalam tekanan. Dalam situasi normal, kebanyakan orang akan menampilkan sisi baik dari dirinya demi sopan santun ataupun pembentukan citra diri. Bagian gunung es yang muncul di atas permukaan laut itulah yang dikenal sebagai kepribadian dan berjumlah sekitar 5%. Sementara itu, bagian gunung es yang berada di bawah permukaan laut (sebesar 95%) disebut sebagai character & temperament. Karakter menunjukkan respons kita terhadap tekanan, sementara temperamen memperlihatkan siapa kita sesuai dengan faktor-faktor bawaan lahir kita.
Terbentuknya kepribadian
Dulu orang berpendapat bahwa kepribadian ditentukan faktor keturunan atau bawaan. Jika orang tuanya seorang pemarah, besar kemungkinan anaknya juga akan menjadi anak pemarah. Namun, pendapat ini kemudian dipertanyakan itu banyak pihak. Pendapat yang kemudian berkembang adalah bahwa kepribadian merupakan hasil bentukan lingkungan. Faktor-faktor di luar diri seseorang (seperti pola asuh orang tua, pendidikan guru, perlakukan masyarakat sekitar, nilai yang ditanamkan, dan sebagainya) diyakini sangat berperan dalam membentuk kepribadian seseorang.
Boeree mengatakan kepribadian terbentuk oleh tiga faktor, yaitu keturunan, lingkungan, dan situasi. Dan lebih dari itu, interaksi ketiga faktor tadi terjadi dalam tiga fase transisi yang menentukan bagi setiap orang, yaitu fase bayi, remaja, dan dewasa. Pandangan yang menyatakan kepribadian merupakan hasil interaksi beberapa faktor merupakan pandangan yang banyak disetujui banyak orang belakangan ini. Meski begitu, ada juga yang menyatakan setuju pada teori interaksi ketiga faktor tersebut, dengan tetap menganggap keturunan sebagai faktor yang dominan.
Mengukur kepribadian
Seperti pengukuran variabelvariabel psikologis lainnya, pengukuran kepribadian juga dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara ataupun pengisian alat ukur tertentu. Alat ukur yang biasa digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang adalah inventori. Alat ini berisikan sejumlah pertanyaan dan pengisi menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan kondisi dirinya. Setelah diisi, inventori ini kemudian di nilai dengan cara tertentu sehingga akhirnya didapatkan gambaran tentang kepribadian pengisi.
Aspek yang diukur oleh tiap inventori berbeda-beda. MBTI misalnya, mengukur empat dimensi dari kepribadian seseorang. Dimensi pertama mengukur sumber energi yang membuat seseorang hidup: extraversion (berasal dari luar dirinya) atau intraversion
Dimensi kedua dari MBTI mengukur bagaimana seseorang memahami sesuatu secara alami.
Dimensi ketiga mengukur bagaimana seseorang mengambil keputusan.
Dimensi keempat mengukur
Kombinasi keempat dimensi itu akan menghasilkan 16 tipe kepribadian, yang masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri. Bisa kita lihat di sini bahwa pengukuran kepribadian merupakan suatu proses yang rumit dan tidak pernah menjamin memberikan hasil yang 100% akurat. Dan perlu diingat juga bahwa kita masih berbicara tentang pengukuran kepribadian untuk orang ‘normal’. Bagaimana jika pengukuran ini dilakukan pada para pecandu? Namun, sebelum melangkah lebih jauh, kita coba lihat dulu apa yang dimaksud dengan kecanduan itu, dan apa saja jenis-jenis kecanduan itu.
- JELASKAN APA YANG ANDA KETAHUI TENTANG INTERAKSI SOSIAL
Pengertian : Interaksi sosial adalah proses saling pengaruh mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok yang menjadi dasar dari proses sosial.
Secara harfiah interaksi itu berarti tindakan (action) yang berbalas-balasan (inter). Ketika dua orang bertemu, saling menegur, berjabat tangan, atau mungkin berkelahi, di sinilah interaksi sosial dimulai. Contoh yang paling jelas misalnya kalau Ali dan Burhan sedang berbicara. Ali berbicara dan Burhan mendengar; Burhan memberikan reaksi pada apa yang diucapkan Ali; demikian sebaliknya. Bisakah kalian memberikan contoh lainnya?Pada dasarnya interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang-orang secara badaniah saja tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila orang-orang atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, merencanakan sesuatu, dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama, mungkin mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar dari proses sosial.
- NORMALITAS SESEORANG DITANDAI DENGAN
a. Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik.
b. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitis.
c. Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan.
d. Perkembangan Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian.